Minggu, 22 Juli 2012

Surah At-Tin

  1. Demi Tin dan Zaitun
  2. dan demi bukit Sinai,
  3. dan demi kota (Mekah) ini yang aman,
  4. sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .
  5. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
  6. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
  7. Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?
  8. Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya? At-Tin artinya buah tin. Surat ini terdiri atas delapan ayat, termasuk golongan surat Makiyyah karena diturunkan sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Dinamai At-Tin karen kata ini disebutkan pada awal surat. Inti pesannya yaitu memberikan penjelasan bahwa manusia merupakan makhluk terbaik secara jasmaniah dan rohaniah. Namun akan meluncur ke derajat yang lebih rendah dari binatang apabila dia tidak mampu mempertahankan kemuliaannya.
Kata Tin dalam Al Qur’an hanya disebut satu kali, yaitu dalam surat ini. Ada ahli tafsir yang menyebutkan bahwa Tin adalah sejenis buah yang terdapat di Timur Tengah. Apabila telah matang, berbiji seperi tomat, warnanya coklat, rasanya manis, berserat tinggi, dan dapat digunakan sebagai obat penghancur batu pada saluran kemih dan obat wasir. Oleh sebab itu, Al-Qur’an terjemahan departemen agama, kalimat ”wattini” diartikan dengan ”Demi Buah Tin”. Kata zaitun disebut empat kali dalam Al-Qu’ran, Zaitun adalah sejenis tumbuhan yang banyak tumbuh di sekitar laut tengah, pohonnya berwarna hijau, buahnya pun berwarna hijau, namun ada pula yang berwarna hitam pekat, bentuknya seperti anggur, dapat dijadikan asinan dan minyak yang sangat jernih. Zaitun dinamai Al –Quran sebagai syajarah mubaarakah (tumbuhan yang banyak manfaatnya). (QS An-Nur 24:335)
Tidak semua ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud Tin dan Zaitun adalah nama buah. Ada juga yang berpendapat bahwa ini adalah nama bukit tempat nabi Ibrahim AS menerima wahyu, sedangkan Zaitun adalah nama bukit di daerah Yerusalem tempat Nabi Isa menerima Wahyu. Jadi, Tin dan Zitun adalah dua tempat yang dianggap bersejarah, karena di tempt itulah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Isa AS menerima wahyu.
Kedua pendapat tersebut sama-sama memiliki alasan yang kuat. Namun, kalau kita cermati konteks ayatnya, kelihatannya pendapat terakhir lebih logis karena pada ayat berikutnya, yaitu ayat kedua dan ketiga, Allah SWT. Berfirman tentang bukit Sinai dan Kota Mekah. Hampir seluruh ahli tafsir sependapat kalau yang dimaksud Thuur Shinin pada ayat tersebut adalah bukit Tursina atau lebih dikenal dengan nama bukit Sinai, yaitu bukit yang berada di Palestina, sementara yang dimaksud Baladil Amiin adalah kota Mekkah.
Dengan empat ayat di depan, Allah SWT bersumpah dengan empat tempat penting, yaitu Tin, Zaitun, Tursina, dan Balaadil Amin (kota Mekkah). Di mana pada empat tempat tersebut Nabi Ibahim, Musa , Isa, dan Muhammad menerima wahyu untuk memberikan bimbingan dan pencerahan hidup pada umat manusia. Bimbingan yang diberikan para Nabi dan Rasul ditujukan untuk menjaga manusia agar tetap berada dalam kemuliaannya, karena manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT. Dalam bentuk yang terbaik, sebagaimana dijelaskan pada ayat berikutnya, ”laqad khalagnal insaana fii ahsani taqwiim”. Dalam ayat ini menegaskan secara eksplisit bahwa manusia itu diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna.
Ar-Raghhib Asfahani, seorang pakar bahasa Al-Qur’an meyebutkan bahwa kata taqwiim pada ayat ini merupakan isyarat tentang keistimewaan manusia dibanding binatang, yaitu dengan dikaruniainya akal, pemahaman dan bentuk fisik yang tegak lurus. Jadi ahsani taqwiim berarti bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya.
Kedudukan manusia di antara makhluk SWT lainnya pun menempati peringkat tertinggi, melebihi kedudukan malaikat, ”Dan sesungguhnya Kami memuliakan anak Adam (manusia)dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami melebihkan mereka atas makhluk-makhluk yang Kami ciptakan, dengan kelebihan yang menonjol. ”(QS. Al-Isra 17:70).
Pada prinsipnya, malaikat adalah makhluk yang mulia. Namun jika manusia beriman dan taat kepada Allah SWT, ia bisa melebihi kemuliaan para malaikat. Ada beberapa alasan yang mendukung pernyataan tersebut.
Pertama: Allah SWT, memerintahkan kepada malaikat untuk bersujud hormat kepada Adam AS.
Kedua, malaikat tidak bisa menjawab pertanyaan Allah SWT tentang Al-Asma (nama-nama ilmu pengetahuan), sedangkan Adam AS mampu karena memang diberi ilmu oleh Allah SWT.
Ketiga, kepatuhan malaikat kepada Allah SWT karena sudah tabiatnya, sebab malaikat tidak memiliki hawa nafsu. Sedangkan kepatuhan manusia pada Allah SWT melalui perjuangan yang berat melawan hawa nafsu dan godaan syetan.
Keempat, manusia diberi tugas oleh Allah SWT menjadi khalifah di muaka bumi,
Bila manusia tidak mampu mengemban amanah yang begitu besar, derajatnya akan turun ke tingkat yang paling hina dari binatang sekalipun, tetapi dalam ayat lain menyebutkan:”Orang yang tidak akan turun derajat yang paling rendah adalah orang beriman. Iman secara bahasa bermakna ”pembenaran”. Maksudnya pembenaran terhadap apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, yang pokok-pokoknya tergambar dalam rukun iman yang enam. ”Al immanu yaziidu wa yanqushu (iman itu fluktuatif, dapat bertambah dan bisa berkurang). Karena itulah kita wajib menjaga iman agar tetap prima.
Setelah beriman, yang bisa menyelamatkan manusia dari kejatuhannya adalah ”Amilus Shalihat (beramal shalih). Kata ’Amiluu berasal dari kata ”amilun, artinya pekerjaan yang dilakukan dengan penuh kesadaran. Kata shalihaat berasal dari kata shaluha, artinya bermanfaat untuk dirinya ataupun orang lain, serta pekerjaannya itu sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditentukan. Tanpa iman kepada Allah SWT, amal yang dilakukan akan sia-sia belaka.
Surat ini ditutup dengan ”Alaisallahu biahkamil haakimiin (”Bukankah Allah itu hakim yang seadil-adilnya”). Seolah-olah ayat ini mengatakan, ”Pikirkanlah wahai manusia, hanya Allah SWT. Hakim yang Maha Adil dan Maha Mengetahui kebutuhan kamu. Oleh sebab itu, hanya aturan-aturan-Nya yang bisa memenuhi kebutuhamu!”. semoga kita menjadi orang-orang yang taat menjaga kemuliaan yang Allah SWT berikan dengan selalu meningkatkan iman dan mengerjakan amal saleh. Amin.
Resource: Majalah ADILAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar