Rabu, 28 November 2012

♥Bersyukur Dalam Segala Keadaan♥


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..


Sahabat saudaraku fillah...Apapun permasalahan yang sedang menimpa janganlah menjadikan kita lupa bersyukur atas segala karunia-Nya..


Bukankah berkat karunia-Nya hingga detik ini kita masih menghirup udara kehidupan? Ini berarti Allah masih memberikan kesempatan kepada kita untuk berbuat yang lebih baik sehingga jika kelak kita dipanggil menghadap-Nya dalam keadaan terbaik...


Saudaraku ....jika kita mengawali hari diliputi oleh nafsu amarah lantas bagaimana kita bisa mengisi menit- menit selanjutnya dengan kebahagiaan? Lantas dimana letak syukur kita kalau dari menit ke menit hanya diisi dengan keluhan?

Sebetulnya hidup ini indah maka isilah dengan keindahan pula salah satunya mengurangi keluhan yang tak perlu dan memperbanyak rasa syukur..


Duhai pemilik wajah rupawan... jangan kotori keindahan rupa dengan akhlaq tercela... Sesungguhnya wajah yang menawan akan kehilangan cahaya andaikan dikotori oleh buruknya akhlaq...Kendalikan diri agar kata yang keluar dari lisan benar- benar bermakna... Kendalikan diri agar tak sering mengeluh atas kesulitan yang mendera, ingatlah nikmat Allah masih jauh lebih besar dibandingkan dengan masalah yang kita hadapi...


Duhai pemilik wajah yang tak menawan... Jangan menambah keburukan diri dengan akhlaq tercela... Sesungguhnya tak ada nilai keindahan jika kita menghimpun dua keburukan... Sesungguhnya wajah yang tak menawan pun akan lebih menarik jika dihiasi dengan akhlaq terpuji, Allah akan memberikan cahaya wajah sehingga siapapun yang berada di dekatnya akan merasakan ketenangan dan kedamaian buah dari kesungguhannya menata hati dan akhlaq..



Saudaraku..silahkan ditag/share..silahkan kunjungi page kami dengan klik link di bawah ini lalu klik SUKA.Insya Allah bermanfaat.

*`• ...…* ♥ (¯`*•.¸*♥*¸.•*´¯) ♥ *....… •´*
.......♥♥. Masa Dalam Kehidupan (¯`*•.¸*♥*¸.•*´¯) ♥ *....… •´*


بــــــــســم الله الرحمن الرحــيــــــــم


السلام عليكم ورحمة الله و بركاته

Kegelisahan, kedukaan dan air mata adalah sebagian daripada sketsa hidup dan kehidupan kita sekalian hamba di dunia ini. Titisan air mata yang bermuara dari hati dan berselaputkan kegelisahan jiwa terkadang memilukan hingga mencipta keresahan dan kebimbangan.

Kedukaan karena kerinduan yang teramat sangat dalamnya menyebabkan kepedihan yang menyesakkan ruang dada. Jiwa yang rapuh pun mengadu, berkeluh-kesah pada alam serta isinya, bertanya di manakah pasangan jiwa berada. Lalu hati mencipta serpihan kegelisahan, bagai anak kecil yang kehilangan ibunya.

Keinginan bertemu pasangan jiwa hadir tanpa disadari sebelumnya hingga tanpa sadar telah menjadi sebagian hidup yang tidak boleh dipisahkan lagi. Letih .... sungguh letih jiwa raga. Sendiri mengayuh biduk kecil dengan rasa hampa.

Keresahan dan kegelisahan janganlah sampai mengubah pandangan kepada Pemilik Cinta. Berserah kepada Maha Pemurah. Ikhtiar, munajat serta untaian doa tiada habis-habisnya dicurahkan kepada Pemilik Hati. Tak usah membandingkan diri dengan orang lain karena Dia pasti memberikan yang terbaik untuk setiap hamba-Nya, meskipun adakalanya kita sekalian hamba tidak menyadarinya.

Usahlah diri bersedih lalu menangis di penghujung malam karena tak kunjung usai memikirkan siapa kiranya pasangan jiwa. Menangislah karena air mata permohonan kepada-Nya di setiap sujud dan keheningan pekat malam. Jadikan hidup ini penuh dengan harapan yang baik kepada pemilik Jiwa. Bersiap menghadapi putaran waktu hingga setiap gerak langkah serta helaan nafas bernilai ibadah kepada Maha pencipta.

Senyum dan hapuskan air mata serta hilangkan lara di jiwa. Terima semua sebagai bagian kembara kehidupan yang akan menemui rahasia di sebalik titian kehidupan. Hingga, kelak akan rasakan tidak akan lagi riak kegelisahan dan keresahan saat bersendirian.

♥ '♥ '. ♥ '♥ '. ♥ ' ».................. ♥

Ketika orang lain bergantung pada dunia, gantungkanlah dirimu hanya kepada Allah. Ketika orang merasa gembira dengan dunia, jadikanlah dirimu merasa bahagia dengan Allah. Ketika orang lain merasa bahagia dengan kekasih-kekasih mereka, jadikanlah dirimu bahagia dengan Allah. Dan ketika orang menghadap dunia untuk mencari harta dan menimbunnya jadikanlah dirimu benar benar mencintai Allah. (Ibnu Qoyyim)

♥ '♥ '. ♥ '♥ '. ♥ ' ».................. ♥

Ada masa dalam kehidupan cobaan datang
melanda dan bertimpa-timpa sehinggakan kIta
rasa tak mampu untuk menghadapinya... terasa
hampir putus asa.

Pada ketika itu... ingatlah selalu bahwa apabila
kita di uji, ia juga bermaksud Allah sedang dan
selalu memerhatikan kita. Dia ingin kita menjadi
yang terbaik, Dia ingin kita memperbaiki diri kita
dan Dia mau kita kembali memohon dan berdoa
pada Nya.

Allah sedang memberi peluang untuk
memperbaiki hubungan kita dengan-Nya
Cobaan datang dengan sebab... bukan
kebetulan.

Tabahkan hati.. Kuatkan semangat.. dan
kukuhkan iman. Berdoa dan berharap agar Allah
senantiasa membantu kita untuk kembali ke
jalan yang benar... jalan yang diridhaiNya.
Sesungguhnya setiap penyakit, bala dan cobaan
merupakan kiffarat dosa kita yang lalu.
Moga Allah senantiasa melindungi dan membimbing kita ke jalan-Nya.

____________________________(¯`(•(¯`v´¯)
______██████_____██████___(¯`(O)´¯)
___█████__██__██_(¯`v´¯)███(_.^._)
___███________███__(¯`(O)´¯)███
__███_________________(_.^._)_███
__███______________________███
___███____________________███
_____███___________██║░▄█▀▄║██║█║██▀║
________███________██║░██║█║██║█║██▀║
___________███_____███║▀██▀║▀██▀║███║
______________██___▄▄
_________________██



Sebelum Engkau Halal Bagiku

Ahlan Wa Sahlan,Marhaban fii zaumina hadza
ღღ

Buat Akhina Wa Ukhtina yang ingin TAG or SHARE PICT'a,di persilahkan "BEBAS"

Silahkan Bantu sahabat'' lain ngETaG ya

Syukron jiddan aidan

ANA UHIBUKA LADZI AHBABTANI LAHUU

Alhamdulillaah…..
Segala Puji bagi Allah Tuhan Seru sekalian alam.Tuhan Yang Maha Rahman.Maha Rahim.. Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk kekasih Allah,Muhammad Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam.Allahumma Shalli wa Salim Ala Sayyidina Muhammadin wa Ala aali Sayyidina Muhammadin fi Kulli Lam Hatin wa na Fasinn bi'adadi Kulli Ma'lu Mil Lak.

`*•Yaa Rabbi•*´¯)Ajarilah kami bagaimana memberi sebelum meminta,berfikir sebelum bertindak,santun dalam berbicara,tenang ketika gundah,diam ketika emosi melanda,bersabar dalam setiap ujian.Jadikanlah kami orang yg selembut Abu Bakar Ash-Shiddiq,sebijaksana Umar bin Khattab,sedermawan Utsman bin Affan,sepintar Ali bin Abi Thalib,sesederhana Bilal,setegar Khalid bin Walid radliallahu'anhum
Amiin ya Rabbal'alamin.

Maha Indah Allah dengan segala keindahan-Nya,yang telah menghadirkan perasaan indah ke dalam lubuk hati hamba-Nya

Tasbih, tahmid dan takbir tiada henti mengalir dari bibir kami yang selalu dihiasi tersenyum, pancaran rasa bahagia dan syukur atas anugerah terindah yang diberikan oleh Dzat Yang Maha Indah. Hari itu, akhir bulan Juli 1999, Allah mengabulkan doa dan harapan kami untuk menjalani sisa hidup bersama-sama. Seorang gadis pujaan telah Allah halalkan untukku, berikrar setia dalam suka maupun duka.

Enam tahun sebelumnya, nyaris tiada kesan indah saat pertama kali kami berjumpa. Bahkan perasaan iri sempat singgah di hati ketika melihat canda tawanya bersama ketiga teman karibnya. Mengapa aku tak bisa seceria mereka,padahal akupun ingin memulai hari-hari pertamaku di bangku SMEA dengan bahagia.Sekolah baru,teman-teman baru,tak sepenuhnya memberiku semangat baru. Yang ada justru perasaan cemburu dengan mereka yang bertemu dan langsung akrab dengan teman-teman baru. Astaghfirulloh! Sebuah kenangan masa sekolah yang konon kata orang sulit untuk dilupakan.

Setahun bersama,belum juga memberiku kesan indah padanya. Biasa saja, sama seperti perasaanku terhadap teman sekalas lainnya.Barulah di tahun kedua - ketika kami berpisah kelas - aku merasakan ada sesuatu yang hilang dalam keseharianku.Aku kehilangan cerianya.Aku tersadar bahwa sebenarnya aku bukan membencinya,tapi mencintainya.Subhanallah! Maha Indah Allah dengan segala keindahan-Nya,termasuk percikan cinta yang dianugerahkan kepada hamba-Nya.

Seiring bertambahnya usia, sebagai remaja yang mulai menginjak dewasa, perasaan suka itupun semakin mekar berbunga.Meski tanpa kata,tatapan mata kami sering mengirimkan pesan bermakna suka. Sayang, saat itu kami sama-sama tak memiliki keberanian untuk menjalani masa-masa paling indah di sekolah yang biasa disebut pacaran. Tapi belakangan kami sangat mensyukuri ketidakberanian kami berdekatan seperti beberapa pasang teman sekelas kami yang lainnya. Terima kasih ya Allah, kini kami sadar bahwa sesungguhnya Engkau telah menyelamatkan kami dari tipu daya syetan yang mengatasnamakan cinta untuk menutupi nafsu yang sesungguhnya.

Setelah dua hati bersatu dalam ikatan pernikahan yang suci, hari-hari indah kami jalani bersama. Jika ada tawa, kita nikmati berdua. Begitupun jika ada tangis, berduapun kami lakukan tanpa diminta. Ketika hati yang telah dilandasi cinta bicara, maka tak perlu lagi bibir ini berkata-kata. Dan kebahagiaan kami semakin lengkap dengan hadirnya seorang bayi mungil nan jelita. Sabila, demikian kami memberinya nama. Subhanallah, Maha Indah Engkau Ya Allah. Kami benar-benar takjub dengan keindahan yang Engkau percikan padanya, anugerah sekaligus amanah bagi kami selaku orang tuanya.

Kehadiaran Sabila membuat kehidupan kami terasa ‘sempurna’. Meski menikah di usia muda, kami tak merasa ada yang salah dalam kami berumah tangga. Tak ada rasa penyesalan ketika melihat teman-teman seusia kami asyik dengan dunia mudanya. Kami menikmati masa muda kami dengan cara yang berbeda, dan kami merasa sangat bahagia. Kami bisa mencurahkan cinta dan kasih sayang kapanpun, dimanapun, dalam sebuah kenikmatan ibadah dengan kehalalan yang kami miliki.

Tak ada rumah tangga yang bebas dari ujian. Begitupun kami, tak lepas dari ujian dan cobaan. Ujian yang kami hadapi seringkali berkutat di masalah ekonomi. Pernikahan di usia muda - ketika baru tiga tahun kami bekerja, ditambah berhentinya istri setelah setahun kelahiran Sabila - memang banyak mempengaruhi kehidupan ekonomi kami. Tapi, Alhamdulillah Allah memberikan kami keluasan hati dan kesabaran yang lebih dibanding yang lainnya.Gali lobang tutup lobang menjadi jurus andalan ketika kebutuhan rumah tangga tak lagi bisa ditunda.Tapi kami bersyukur,kesulitan ekonomi yang kami hadapi sedikitpun tak menggeser pondasi rumah tangga kami. Saat susah kami bersyukur, saat bahagia kami bersabar. Sejauh ini analisa kami mengatakan bahwa meski dibangun di usia muda, kehidupan rumah tangga kami tidak jauh berbeda dengan rumah tangga yang dibangun oleh mereka yang sudah dewasa. Kami cukup makan, cukup pakaian dan meski menyewa kami bisa berteduh dari panas dan hujan. Juga dalam menjaga keharmonisan rumah tangga, kami menghadapi ujian dengan saling pengertian dan koreksi diri. Kalaupun terkadang muncul perasaan cemburu dan curiga,kami melakukan dan menanggapinya dengan dan karena cinta. Alhamdulillah.

Hidup penuh ujian, dan orang yang beruntung adalah orang yang menghadapi setiap ujian dengan sabar dan sadar bahwa ujian datang atas izin dan kehendak Allah. Nasihat bijak ini terus tertanam dalam benak dan keyakinan kami. Ketika ujian-ujian kecil berhasil kami lalui, maka ujian kembali datang dalam bentuk dan takaran yang berbeda. Jika kami telah terbiasa ‘berdamai’ dengan kondisi keuangan, maka ujian datang dalam bentuk gangguan kesehatan.

Masih teringat jelas setahun yang lalu,teriakan sang dokter memanggil suster dari dalam kamar prakteknya. Ketidakpercayaan dokter menular kepada kami. Bagaimana mungkin istriku yang selama ini kutahu memiliki tekanan darah rendah, tiba-tiba tekanan darahnya melonjak hingga 200/110. Terlebih saat itu wanita yang pertama kali membuatku jatuh cinta karena senyum dan lesung pipinya ini sama sekali tidak merasakan tanda-tanda atau gejala layaknya orang yang menderita hipertensi. Semua pertanyaan dan kekhawatiran sang dokter dijawab dengan senyum dan gelengan kepala. “Tidak, saya tidak merasakan itu semua Dok!” Subhanallah,Allahu Akbar.

Ada sesuatu yang lain dari biasanya, begitu kesimpulan dokter beberapa bulan kemudian. Pemberian obat penurun darah tinggi dalam dosis yang cukup tinggi tidak memberikan hasil yang signifikan. Sang dokter berkali-kali menganjurkan istri untuk tes darah dan mendatangi dokter specialis penyakit dalam guna memastikan apa gangguan kesehatan yang sebenarnya. Tapi istriku adalah istriku, wanita penyabar dan penuh kasih namun sangat takut dengan dunia medis. Dokter atau rumah sakit adalah dua hal yang ( jika bisa ) tak ingin dikenal sepanjang hidupnya. Kalaupun selama itu mau berobat, harus dengan satu syarat yaitu di klinik yang sama, dokter yang sama. Andaikan ada keluhan di hari Sabtu, dia akan bersabar, menahan dan menunggu hari Senin saat sang dokter ‘pribadinya’ praktek di klinik yang ditunjuk perusahaan tempatku menjemput rezeki.

Saran sang dokter bukanlah basa-basi, tapi sebuah isyarat bahwa ada sesuatu yang harus segera diketahui sebelum tekanan darah tinggi istriku semakin tak terkendali. Tapi tak hanya dokter, akupun tak mampu membujuknya untuk ‘bersilaturahmi’ dengan dokter specialis penyakit dalam. Dalam sakit, istriku lebih memilih sabar sebagai penolongnya. Dalam hal ini aku tak sepenuhnya menyalahkannya. Aku coba mengikuti keinginannya, memberikan semangat, rasa nyaman dan nyaman bagi mentalnya. Tapi daya tahan tubuh memiliki batas tertentu. Berbulan-bulan mengkonsumi obat penurun tekanan darah tinggi, kenyataannya tekanan darahnya tetap tinggi. Bahkan di satu pagi di akhir Juli, kami dikejutkan dengan pembengkakan di kaki, tangan dan wajahnya. Astaghfirulloh!

Kondisi yang tak pernah terlintas dalam benak kami,memaksa istriku pasrah untuk dirawat secara intensif di rumah sakit. Tumbang sudah prinsipnya untuk tidak ‘berkenalan’ dengan rumah sakit. Sebuah fakta mengejutkan harus kami terima, sang dokter mengabarkan bahwa istriku mengalami gangguan gagal ginjal. Apa penyebabnya dan sejak kapan pastinya menjadi tidak begitu penting di telusuri, yang jelas kondisi saat itu sudah cukup parah, antara stadium 4 atau 5, padahal tidak adal lagi stadium 6. Kadar ureum melonjak 288 dan creatininnya 8.77, sementara kadar hb hanya 4 dan tekanan darahnya diatas 170. Semua data yang ada begitu meyakinkan bahwa istriku menderita gangguan gagal ginjal kronik.

Seminggu menjalani perawatan medis, akhirnya istri diperbolehkan pulang dengan catatan harus kontrol dan menjalani rawat jalan secara rutin. Tapi seminggu akrab dengan dokter dan segala macam peralatan rumah sakit tidak merubah ketakutannya pada dunia medis. Demi menyelematkan semangatnya, akhirnya kami memilih pengobatan alternative yang tidak bertentangan dengan syari. Bulan Ramadhan 1431 H meninggalkan kesan dan kenangan mendalam karena kami berada pada situasi dan kondisi yang memberikan sebuah kedekatan antara kami berdua. Bukan hanya fisik, tapi hati kami berdua. Seminggu sekali kami menempuh perjalanan 2 x 18 kilo meter untuk berikhtiar mencari kesembuhan. Berdua berboncengan motor, tak ada lelah, tak ada keluh kesah. Kami menjalani semua ini dengan ikhlas dan penuh pengharapan. Dan pada akhirnya, semua ini menjadi salah satu kenangan terindah kami berdua.

Tetap sabar, sadar dan terus berikhitar,sedangkan hasil Allahlah yang menentukan.Do’a terus kami panjatkan, ikhtiar terus kami lakukan, termasuk bersilaturahmi dengan keluarga saat lebaran. Kami berharap,restu orang tua serta doa sanak saudara bisa menjadi obat tersendiri bagi istri. Meski kondisi kesehatan sempat menurun – istri sempat batuk-batuk dan ada darah segar dalam dahaknya - kami tetap melanjutkan niat kami untuk merayakan lebaran bersama keluarga di kampung halaman. Bismillahirrohmanirrohiim, keberkahan silaturahmi akan mendatangkan semangat dan obat bagi kami, insya Allah. Begitu besar harapan kami.

Manusia hanya bisa berencana, Allahlah yang menentukan akhirnya. Selama mudik lebaran, kondisi kesehatan istriku semakin menurun, sehingga kami tak bisa memaksimalkan silaturahmi saat Idul Fitri. Beruntung orang tua kami selalu mengadakan open house saat lebaran, jadi meski berdiam diri di rumah kami tetap bisa bersilaturahmi dengan saudara dan tetangga yang datang ke rumah. Berbagai dukungan, doa dan bantuan terus mengalir, memberikan semangat dan kekuatan untuk menang dalam ujian yang sedang kami hadapi.

Apa yang terlihat di depan mata, apa yang tergenggam di tangan, sesungguhnya bukan dan belumlah tentu milik kita. Tiga lembar tiket bus untuk balik ke Tangerang, terpaksa kami kembalikan karena sehari sebelum keberangkatan, kondisi kesehatan istriku mengalami penurunan drastis. Kami tak tahu apa istilahnya, tapi kepala dan tangan kirinya selalu bergerak tak terkontrol, layaknya orang kedinginan atau gerakan orang-orang yang sudah lanjut usia. Dokter mengatakan ini disebabkan pasokan darah dan oksigen ke otak kurang. Tak ada pilihan, istri harus kembali menjalani perawatan di rumah sakit Gombong - Kebumen. Ada buliran air mata yang tak sanggup kubendung kala itu, aku tahu persis ketakutan istri dengan rumah sakit. Tapi demi kebaikannya, berbagai rayuan aku keluarkan untuk menjaganya tetap bersemangat. Kejadian akhir bulan Juli di Tangerang kembali terulang di hari ketujuh lebaran. Hasil pemeriksaan darah menunjukan kadar hb hanya 4.4, kadar ureum melonjak sampai 338 dan creatinin naik menjadi 19.8. Sebuah kondisi yang cukup ( sangat ) parah. Kalau dua bulan lalu dokter mengatakan stadium 4 – 5, maka saat itu sudah stadium terminal dan tak ada pilihan medis kecuali harus melakukan HD atau cuci darah. Dan tanpa bertanyapun aku sudah tahu jawabannya. Sebagai ikhtiar, tetap saja aku coba bertanya dan membujuknya, meskipun hasil akhirnya sesuai dengan yang kami duga. Istriku menolak keras HD,apapun alasan dan pendapat medis.

Tujuh hari menjalani perawatan medis kedua, dokter dan pihak rumah sakit tidak kuasa menahan keinginan istri untuk pulang. Satu pesan mereka berikan bahwa di manapun dan ke manapun, harus segera dilakukan perawatan lanjutan. Dan tindakan lanjut yang kami pilih adalah kembali menanjutkan pengobatan alternative yang sempat terhenti selama kami mudik. Namun rupanya Allah belum memperkenankan ikhtiar kami, tiga hari di Tangerang atau tepatnya seminggu setelah keluar dari rumah sakit, kondisi kesehatannya kembali memburuk. Selama 18 jam, istriku memuntahkan cairan hitam encer sebanyak 12 kali. Semula kami tidak tahu apa cairan hitam dan encer itu. Kami baru tahu bahwa itu adalah darah yang sudah terkontaminasi racun setelah kami mendatangi rumah sakit yang dulu menangani istri. Kembali, sang dokter menegaskan bahwa tidak ada pilihan medis lainnya kecuali cuci darah. Namun sang dokter tidak bisa menahan ketika kami bersikukuh untuk mencari kesembuhan melalui jalur lain.

Hampir tengah malam 28 September 2010 ketika rombongan kami sampai di rumah kediaman seseorang yang dianugerahi kemampuan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Melalui doa dan obat-obatan herbal,begitu metode pengobatan yang ada di tempat ini. Dan, di tempat alternative kedua yang kami datangi ini, istriku harus menjalani rawat inap selama maksimal dua belas hari. Beruntung saat itu ada ibu dan kakakku yang siap menemani dan menunggu karena aku harus tetap masuk kerja. Alhamdulillah, sehari menjalani perawatan, kondisi kesehatan istri menunjukan hal yang sangat menggembirakan.Tak ada lagi muntah, bahkan batukpun tidak. Di hari kedua, istri sudah bisa menghabiskan satu mangkuk bubur ayam, pergi ke warung atau mandi sendiri. Bahkan ketika kami semua membezuk lima hari kemudian, kami sempat jalan-jalan bersama. Tidak terlalu jauh untuk ukuran kami, tapi sebuah kemajuan yang sangat membanggakan bagi istri.Saat itu kami mengira kemenangan istri menghadapi ujian sudah di depan mata.

101010 atau 10 Oktober 2010, bagi sebagian orang mungkin dianggap istimewa dan saat yang tepat untuk melakukan sesuatu yang berarti dalam hidupnya, tapi awalnya tidak bagi kami. Hari dan tanggal ini semula kuanggap biasa saja, sama dengan hari dan tanggal yang lainnya. Namun rupanya hari dan tanggal ini telah ditentukan oleh Allah SWT sebagai hari terakhir kebersamaanku dengan wanita yang begitu banyak memberiku kebahagiaan, pelajaran dan juga pengalaman. Manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, ketetapan Allah lah yang berlaku akhirnya. Sepanjang hari Minggu, 10 Oktober 2010 kondisi kesehetan istriku menurun drastis. Keluhan dirasakan olehnya adalah sesak napas, sehingga komunikasi antara kami sedikit sekali. Sepanjang hari ini kami lebih banyak diam, hanya tatapan mata ini tak lepas darinya, tangan ini lebih sering menyentuh tangan dan kakinya yang kembali membengkak, bibir ini lebih sering memberi semangat padanya, dan telinga ini lebih sering mendengar istighfar dan dzikir kami semua. Tak terpikir kala itu untuk membawa istri ke rumah sakit, karena kedatangan kami ke tempat ini adalah menghindari medis. Do’a dan istighfar kami tingkatkan, pak haji yang menangani istripun lebih intensif memantau perkembangan istri.

Tanpa kami sangka tanpa kami duga, ketika sholat Ashar kuakhiri dengan salam, hanya tersisa beberapa detik untukku bisa melihat gerakan nafas terakhir istriku. Dalam pelukanku, Sabila dan adik ipar, istriku meninggalkan kami untuk selamanya. Inalillahi wa inna ilaihi rojiuun. Segalanya bermula dari Mu ya Allah dan akan kembali kepada Mu. Semua terjadi begitu cepat dan tiba-tiba. Inilah bukti kekuasaan-Mu ya Allah. Betapapun kami sangat mencintai dan menyayanginya, namun dia bukanlah milik kami,Engkaulah Pemilik Cinta Yang Sejati.Kami ikhlas,kami ridho.Betapapun duka dan kesedihan yang kami rasakan,tak ingin langkah orang yang sangat kami sayangi tertahan tangis dan ratap kami.Tak ada penyesalan yang kami rasakan, tak ada orang yang akan kami salahkan, semua sudah tercatat jelas kapan, dimana dan bagaimana Engkau akan memanggilnya.Kami ikhlas,kami ridho.Ketetapan-Mu lah yang terbaik, terbaik untuk ku dan terbaik untuk istriku.

Ya Allah,aku kembalikan istriku kepada Mu dengan penuh keikhlasan.Aku hantar ia ke peristirahan terakhirnya dengan keridhoan.Aku ikhlas engkau mengambilnya disaat kami sedang berjuang sekuat tenaga untuk tetap mempertahankannya di sisi kami. Aku ridho dengan semua yang telah aku lakukan dan perjuangkan untuk istriku. Aku ikhlas dan ridho, bahkan bersyukur telah Engkau berikan kesempatan sebelas tahun bersama, belajar menjalani manis pahitnya hidup, belajar menjadi hamba yang sabar dan tawakkal, belajar memaknai dan menikmati cinta yang suci.Semoga keikhlasanku, keridhoanku serta orang-orang yang menyayangi almarhumah,memudahkan pertemuannya dengan Mu...Aamiin.

Siapapun orangnya,pasti sedih dan berduka ditinggal orang yang selama ini begitu dekat secara fisik maupun hati.Begitupun yang aku rasakan.Bila tak ingat bahwa ini adalah takdir Illahi, rasanya semua ini tidak adil.Setelah hampir tiga bulan berjuang bersama, melewati hari-hari penuh ujian bersama,semestinya kesembuhan dan kebahagiaan yang patut kami terima,tapi mengapa malah diambil selamanya. Astaghfirulloh! Kami ikhlas,kami ridho,dan kami tak ingin membuat celah bagi syetan untuk menodai keikhlasan ini.Tak kuasa kami untuk menahan, kecuali melepasnya dengan keikhlasan, mengantarnya dengan keridhoan, dan mendoakannya dengan penuh ketulusan semoga almarhumah kembali dalam keadaan khusnul khotimah. Ya Allah,terimalah almarhumah istri hamba di sisi Mu,terimalah iman dan islamnya,terimalah amal dan ibadahnya,ampunilah salah dan khilafnya,berikan nikmat kubur padanya, berikan syurga untuknya dan izinkan kelak kami berkumpul kembali dalam syurga Mu ya Allah ya robbal ‘alamin.

Maha indah Allah dengan segala keindahan-Nya,yang telah menuliskan perjalanan hidup setiap hamba Nya. Kini aku lebih banyak bersyukur, betapa indah skenario hidup yang Engkau persiapkan untukku, begitu indah orang-orang yang Kau pilihkan untukku. Besar harapanku bahwa aku telah memainkan peran yang Engkau berikan dengan maksimal. Kalaupun ada kurang dan kelirunya, semoga terbuka lebar pintu maghfiroh untukku, Aamiin ya Rabbal'alamin

Selengkapnya Kunjungi Blog kami SEHB http://andikaalbanjariiiyahoocom.blogspot.com/2012/01/ya-allahapa-yang-terbaik-di-sisi.html

♥ SEMOGA BERMANFAAT ♥

Sebuah renungan untukku, untukmu, untuk kita semua. Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati yang terkunci...

Hak cipta adalah milik Allah SWT semata.Ilmu adalah amanat Allah yg harus disampaikan kepada Ummah...kami hanya menyampaikan apa yg kami miliki...

Sungguh bahagia insan yang telah menemukan cinta sejatinya.. ibarat tasbih & benang pengikatnya.. terajut menjadi satu untaian yang selalu disentuh satu demi satu oleh insan mulia yang bibirnya basah akan cinta kepada Rabb-Nya

Barakallaahu fiykum wa jazzakumullah khoir

(Sebelum Engkau Halal BagiKu) http://www.facebook.com/pages/Sebelum-Engkau-Halal-BagiKu/138509376220354?sk=wall

♥SALAM SANTUN UKHUWAH♥

Semoga apa yang telah disampaikan ini ada manfaatnya,

Afwan Minkum Kebenaran datangnya dari Allah kekurangan dari pribadi akhwatul iman dan ana hanya menyampaikan apa yang diamanahkan Allah

Wallahù'alam bíshawab Wabíllahí taùfík walhídayah,

Wassalamù'alaíkùm warahmatùllahí wabarakatùh

Bercerminlah sahabatku


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Bismillahirrahmanirrahiim

Bercerminlah sahabatku

Tatkala kudatangi sebuah cermin,
Tampaklah sosok yang sudah sangat lama
Kukenal dan sangat sering kulihat.
Namun aneh, sesungguhnya ...
aku belum Mengenal siapa yang kulihat.

Tatkala kutatap WAJAH, hatiku bertanya :
Apakah wajah ini yang kelak akan BERCAHAYA
Dan BERSINAR INDAH DI SURGA?
Ataukah wajah ini yang HANGUS LEGAM DI NERAKA JAHANAM?

Tatkala ku menatap MATA, nanar hatiku bertanya :
MATA INIKAH YANG AKAN MENATAP ALLAH? ,
Rasulullah, dan Kekasih-kekasih Allah kelak?
Ataukah mata ini yang TERBELIAK, MELOTOT TERBURAI MENATAP NERAKA JAHANAM?
Akankah mata penuh maksiat ini akan menyelamatkan?
WAHAI MATA, APA GERANGAN YANG KAU TATAP SELAMA INI?

Tatkala kutatap MULUT, apakah mulut ini
Yang kelak mendesah penuh kerinduan
Mengucap LAA ILAAHA ILLALLAAH saat malaikat maut menjemput?
Ataukah menjadi MULUT YANG MENGANGA
DENGAN LIDAH MENJULUR, DENGAN LENGKINGAN JERIT PILU
yang akan mencopot sendi-sendi setiap yang mendengar?
Ataukah mulut ini jadi pemakan buah zaqum
Di jahanam yang getir , penghangus dan penghancur setiap usus?

APAKAH GERANGAN YANG ENGKAU UCAPKAN
WAHAI MULUT YANG MALANG?
Berapa banyak dusta yang engkau ucapkan?
Berapa banyak hati yang remuk
Dengan sayatan pisau kata-katamu yang mengiris tajam?
Berapa banyak kata-kata semanis madu
Yang palsu yang engkau ucapkan untuk menipu?
Berapa sering engkau berkata jujur?
Berapa langkanya engkau dengan syahdu
memohon agar Allah mengampunimu?

Tatkala kutatap TUBUHku, apakah tubuh ini
Yang kelak menyala penuh cahaya, bersinar,
bersuka cita, bercengkrama disurga?
Ataukah tubuh yang akan tercabik-cabik
hancur mendidih dalam lahar neraka jahanam,
Terpasung tanpa ampun,
menderita yang tak akan pernah berakhir?

WAHAI TUBUH , BERAPA BANYAK MAKSIAT
YANG TELAH ENGKAU LAKUKAN?
Berapa banyak orang-orang yang engkau zalimi dengan tubuhmu?
Berapa banyak hamba-hamba yang lemah
yang engkau tindas dengan kekuatanmu?
Berapa banyak perindu pertolongan yang engkau acuhkan-
tanpa peduli, padahal engkau mampu?
Berapa banyak hak-hak yang engkau rampas?

Ketika kutatap HATI tubuh,
Seperti apakah gerangan isi hatimu?
Apakah isi hatimu sebagus kata-katamu?
Ataukah sekotor daki-daki yang melekat ditubuhmu?
Apakah hatimu segagah ototmu.
Ataukah selemah daun-daun yang sudah rontok?
Apakah hatimu seindah penampilanmu,
Ataukah sebusuk kotoran-kotoranmu?

Betapa beda.... betapa beda apa yang tampak dicermin
dengan apa yang tersembunyi...
Aku telah tertipu oleh topeng yang selama ini tampak
Betapa banyak pujian yang terhampar hanyalah memuji topeng
Sedangkan aku....
hanyalah seonggok sampah yang terbungkus
Aku tertipu... Aku malu Ya Allah...
Ya Allah... selamatkan aku....
Amin...Ya Rabbil 'alamin

♥Ada Kebaikan Di Balik Yang Kita Benci♥

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Saudaraku..terkadang apa yang kita benci justru mendatangkan kebaikan, sebaliknya apa yang kita sukai tak jarang mendatangkan kesusahan. Janganlah kita merasa aman dengan kesenangan, karena bisa saja menimbulkan kemudharatan. Namun jangan pula berputus asa jika mengalami kesulitan karena bisa jadi mendatangkan kesenangan di kemudian hari.

Mari kita renungkan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala berikut ini: “.....Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” ( QS. Al Baqarah: 216 ).

Saudaraku..hanya Allah yang mengetahui apa yang terbaik dan terburuk untuk kita. Hal ini karena pengetahuan Allah tidak terbatas, sedangkan apa yang kita ketahui amatlah terbatas. Kita hanya mampu menilai apa yang tampak dan mudah dipahami seketika. Oleh karena itu kita harus menyandarkan diri , berserah diri dan memohon petunjuk kepada kebijaksanaan Allah. Apa yang terbaik menurut-Nya pasti terbaik untuk kita. Sesungguhnya setiap hal atau kejadian di dunia ini tak luput dari kehendak Allah pula. Kita hanya menjalani apa yang telah ditetapkan-Nya.

Saudaraku..silahkan ditag/share,silahkan kunjungi dan gabung dengan halaman kami dengan klik link di bawah ini lalu klik SUKA.Insya Allah bermanfaat.

Bismillahirrahmaanirrahiim


SIANG sudah beranjak petang. Namun, cahaya matahari masih terasa panas dan menyilaukan. Inilah saat-saat di mana teriakan itu kembali terdengar, “Lontong-tahu, peyek, telor asin!” Terdengar setiap hari, menyapa telinga warga komplek terutama ibu-ibu yang keluar rumah mengawasi anak-anak kecilnya yang bermain di luar rumah.

Suatu hari teriakan itu kembali terdengar lantang, “Lontong-tahu, peyek, telor asin!” Seorang ibu muda tergopoh-gopoh menghampiri, “Bang, ada telor asin?” Abang pemilik suara itu pun dengan wajah menyesal menjawab, “Wah, nggak ada Bu. Telor asinnya lagi kosong.” Si Ibu pun menatap si Abang penjual tahu dengan heran, “Lha, tadi teriak lontong-tahu, peyek, telor asin. Kok telor-nya nggak ada?” dumelnya sambil berlalu masuk ke kerumah.

Hari berikutnya seorang ibu lain menghampiri si Abang penjual lontong-tahu tersebut. Sesaat setelah teriakannya menyapa telinga, “Lontong-tahu, peyek, telor asin!” Ibu tersebut bertanya, “Bang, ada telor asinnya nggak?” Kali ini si Abang menjawab, “Telor asin lagi susah, Bu!” Kini, si Ibu lebih galak, memprotes si Abang, “Nggak ada telor asinnya kok teriak telor asin!” Si Abang pun hanya senyum mesam-mesem.

Entah berteriak tiga serangkai “lontong-tahu, peyek, telor asin” merupakan satu kesatuan bunyi yang telah dihapal oleh si Abang atau memang si Abang kadung lupa bahwa salah satu barang yang ditawarkannya ternyata tak ada. Yang jelas teriakan si Abang hari-hari berikutnya tetap sama. Mengulang teriakan yang sama, menyapa telinga dengan bunyi dan intonasi yang sama, informasi yang disampaikannya pun selalu berulang, “Lontong-tahu, peyek, telor asin!”

Menarik sekali memperhatikan polah si penjual lontong-tahu di atas. Sesuatu yang diulangnya entah berapa ribu kali sepanjang sejarah profesinya sebagai penjual lontong-tahu, telah membuatnya fasih mengucapkan rangkaian kata tersebut. Tanpa harus membuatnya berpikir-ulang tentang kebenarannya.



Kekuatan Repetitive (Pengulangan)

Repetitive atau pengulangan memang sebuah metode yang dikenal dalam dunia pembelajaran. Allah pun mendidik kita dengan metode repetitive ini melalui shalat. Shalat yang wajib didirikan lima waktu sehari agar setiap Muslim membuktikan ketaatan dan mudah memahami makna kehidupan.

Allah berfirman, “Sungguh, Robbmu, Dialah Yang Maha Pencipta, Maha Mengetahui. Dan, sungguh, Kami telah memberikan kepadamu tujuh (ayat) yang (dibaca) berulang-ulang dan Al-Quran yang agung” (Qs. Al-Hijr 87).

Tujuh ayat yang dimaksud oleh ayat di atas, oleh sebagian ulama diartikan dengan surat Al-Fatihah yang dibaca seorang Muslim berulang-ulang sebanyak 17 kali dalam sehari. Hal ini tentu merupakan metode pembelajaran dari Allah agar hamba-Nya memahami hakikat sejati kehidupan. Sebagai ciptaan yang tak dapat berlepas diri dari kehendak dan pertolongan-Nya. Sebagai abdi yang seharusnya selalu memohon agar kebersamaan dengan Allah dalam bentuk ketaatan, senantiasa dikaruniakan-Nya, agar Sang Pencipta berkenan menghindarkannya dari kejahatan dirinya sendiri maupun mahluk lain. Sehingga kelak ia akan pulang dalam kehidupan surga yang abadi.

Arah dan tujuan hidup inilah yang selalu diingatkan berulang kali oleh Allah pada kita, sebagai hamba, agar selalu ingat dan meluruskan langkah. Agar kita pun mengetahui dengan pasti ke mana kita harus melangkah, apa yang harus digunakan saat tersesat agar dapat kembali, dan apa yang mesti diyakininya tanpa banyak mempertanyakan.

Semuanya hanya dapat diperoleh, tak lain, hanya dengan meneguhkan ketaatan dan keyakinannya. Dengan cara mengulang-ulang dalam benak kita bahwa Allah, hanya Dia sajalah, Rabb yang Mahakuasa, Maha Menyayanginya, dan tak pernah mengharapkan sesuatu dari hamba-Nya kecuali kebaikan bagi mereka.

_ _ _
[‘Aliya/voa-islam.com)
Edited by HAA